Pupuk Daun Bambu





Postingan kali ini hasil pengalaman ketika saya ikut pelatihan Pemanfaatan Tanaman Obat di BPSDM Tan Soropadan, di sana saya bertemu dengan salah satu warga Karanganyar yang memanfaatkan daun bambu sebagai pupuk.

Ternyata daun bambu mengandung banyak unsur P dan K. Kedua unsur ini sangat berguna bagi perbaikan struktur tanah dan bagi pertumbuhan tanaman. Dan untuk melengkapi pupuk dari daun bambu yang banyak mengadung unsur P dan K tadi ditambahkan daun Bandotan / Dus dusan (banyak tumbuh di pekarangan) yang ternyata banyak mengandung unsur N.

Mereka menggunakan kedua jenis daun tersebut untuk memperbaiki struktur tanah yang telah rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebih. Cara memanfaatkan kedua daun tersebut sangat sederhana, mereka kumpulkan daun-daun tersebut lalu ditaburkan di atas lahan yang akan ditanami, tanpa harus difermentasi dulu.

Sejak saat itu mereka meninggalkan pupuk kimia dan beralih menggunakan daun bambu untuk pemenuan unsur P dan K, sedangkan daun Bandotan/Dus dusan untuk pemenuan unsur N.
Daun bambu selain penghasil unsur P dan K, juga mengandung unsur yang mampu mengendalikan gulma. Sehingga jika diterapkan pada tanaman padi, pertumbuhan gulma bisa diatasi hanya dengan pemakaian daun bambu ini.

Daun bandotan hidup dipekarangan sangat dominan, jika semak ini tumbuh biasanya tumbuhan lain biasanya tidak bisa hidup dengan subur. Ternyata menurut seorang ahli yang memberikan pelatihan kepada saya, daun bandotan mengandung unsur yang mampu mengendalikan organisme lain sehingga tidak mengganggu pertumbuhan bandotan tersbut.

Demikian hasil pengalaman kami mengenai dua daun ajaib ini.

Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

Pupuk Cair Organik



Pupuk Cair Organik :
Merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair.
Manfaat :
  • Untuk menyuburkan tanaman.
  • Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah.
  • Untuk mengurangi dampak sampah di lingkungan sekitar.
Keunggulan :
  • Mudah, murah
  • Tidak ada efek samping
Kekurangan :
  • Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi
  • Hasilnya kurang banyak
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi, seperti buah-buahan dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk dll). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Sebelum membuat pupuk cair. EM (Effectiv Mikroorganisme) organik yang berbahan baku sampah organik, perlu dibuatkan dahulu pembuatan Molase dan pembiakan bakteri EM.
  • PENBUATAN MOLASE :
Molase yaitu : Sari tetes tebu (biang gula) atau pembuatan Molase bisa juga dengan melarutkan gula merah/putih dengan air tanpa kaporit dengan perbandingan 1:1 .
  • PEMBIAKAN BAKTERI EM-4
Cairan Bakteri EM-4 Siap Pakai
Cairan bakteri EM-4 dapat di kembangbiakan sendiri dengan cara :
Bahan :
  1. Cairan EM-4-1 Liter
  2. Bekatul/Dedek -3 kg
  3. Molase (dalam keadaan cair)-1/4 Liter
  4. Terasi -1/4 kg
  5. Air bersih (tanpa kaporit/tawas)-5 Liter
Peralatan :
  1. Panci untuk memasak air
  2. Pengaduk kayu
  3. Ember untuk permentasi
  4. Saringan
  5. Botol untuk penyimpanan hasil akhir
Cara penbuatan :
  • Panaskan 5 Liter air sampai mendidih
  • Masukan bekatul, terasi dan molase aduk hingga tercampur merata
  • Dinginkan adonan hingga suhu kamar
  • Setelah dingin masukan cairan EM-4, aduk hingga rata
  • Tutup rapat selama 2 hari, jangan di buka-buka
  • Pada hari ketiga dan selanjutnya penutup jangan terlalu rapat
  • Aduk-aduk setiap harinya selama 10 menit
  • Setelah 1 minggu bakteri sudah dapat diambil dan disaring, masukan kedalam botol yang sudah di sediakan
  • Simpan botol di ruangan sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung, cairan EM-4 siap di gunakan untuk pembuatan pupuk organik
  • Agar bakteri mendapatkan kebutuhan Oksigen, tutup botol jangan terlalu rapat atau biarkan terbuka.

CARA MUDAH PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ORGANIK
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
  • 1 liter bakteri EM-4 hasil pengembangbiakan
  • 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
  • 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
  • 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
  • 30 kg kotoran hewan
  • Air secukupnya
  • Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Alat Fermentasi Pupuk Organik Cair
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Selamat Mencoba…

Pupuk Organik

PUPUK ORGANIK
 
Masalah sampah berkaitan dengan kesadaran masyarakat. Oleh karena itulah, YRP yang diprakarsai Rhenald Kasali, Hidayat, Roy Kuncoro, Moeryati Soedibyo, Aksa Mahmud, dan Martini Husaini berusaha melakukan beberapa perubahan.

Sebagai contoh pada penanganan pengelolaan sampah, YRP dengan menggabungkan sistem yang telah ada sebelumnya dapat memperoleh average secara ekonomi. "Di sini kami hendak mengatakan pada masyarakat, apabila segala sesuatu dilakukan dengan konsep yang tepat maka akan memiliki nilai tambah yang bermanfaat," ujar Roy.

Membina masyarakat dan pengembang dalam membuang sampah dan membentuk motivator-motivator lingkungan pada tataran komunitas serta bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mengelola limbah adalah salah satu titik yang menjadi fokus perhatian YRP untuk melakukan perubahan, mengingat pengelolaan sampah berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat.


Rhenald Kasali mengatakan awal gerakan menyadarkan masyarakat mengenai pengelolaan sampah ini tidaklah mudah. Ia sengaja memilih Desa Jati Murni menjadi percontohan karena selain bertempat tinggal di sana, ia pun menjabat sebagai ketua Badan Musyawarah (Bamus) di desa tersebut.

Dengan jabatan itu, ia memiliki pengaruh dalam menggerakkan warganya. Sehingga masyarakat yang awalnya enggan memilah dan mengelola sampah, akhirnya belajar dan terbiasa. Selain itu, warga di desa itu pun menjadi terbiasa untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya. Maka, jalan-jalan dan rumah-rumah di desa tersebut bersih tanpa ada sampah berserakan.


Kepatuhan

Hal ini sesuai dengan salah satu kultur masyarakat pedesaan yaitu kepatuhan pada tokoh. Juniarso Ridwan, salah seorang budayawan, mengatakan bahwa kultur masyarakat yang ingin gampangnya saja bukanlah hal yang mudah untuk diubah.

Diperlukan tahapan-tahapan sosialisasi yang lebih intens, apalagi di daerah kota seperti Bandung. Ia menjelaskan untuk desa, perubahan itu akan lebih mudah dilakukan karena masyarakatnya lebih guyub dan secara komunal lebih homogen.

Selain itu, juga masih terdapat pola anutan secara vertikal yaitu patuh kepada pemimpin. Namun, akan lain halnya dengan masyarakat di perkotaan. "Perubahan akan lebih sulit dilakukan karena selain lebih heterogen, budaya anutan pun lebih personal," ujar Juniarso.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan sosialisasi melalui pendekatan lewat kelompok-kelompok sasaran dengan pemisahan profesi, fungsi, dan strata sosial seperti ibu-ibu PKK, Karang Taruna, atau organisasi pemuda. Selain itu, ia menambahkan, untuk perkotaan diperlukan pendekatan secara komprehensif dari berbagai aspek dari berbagai arah dan sektor yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk pemulung.

Senada dengan Juniarso, Ketua MUI Jabar Miftah Faridl mengatakan kesadaran masyarakat yang masih rendah perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan gerakan-gerakan yang berawal dari lingkungan-lingkungan kecil seperti yang dilakukan Salman dan Daarut Tauhiid (DT).

Selain itu, menurut Miftah ada tiga hal yang harus dilakukan agar masyarakat lebih perhatian pada masalah sampah yaitu melalui pendidikan dengan cara memasukkan pelajaran mengenai kebersihan ke dalam kurikulum. Kemudian dengan menanamkan keteladanan mulai dari level terkecil yaitu keluarga, tokoh masyarakat, dan guru.

Sedangkan untuk mempertegasnya, ia mengatakan perlu ada sanksi yang mengikat bagi yang melanggar. "Karena memang ada masyarakat yang harus dipaksa dengan peraturan jika ingin masalah kebersihan dan sampah dapat diselesaikan," ujar Miftah.

Sementara itu, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS),
Sobirin Supardiyono mengatakan secara garis besar hampir 90 persen warga Bandung tidak peduli dengan sampah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sampah yang dibuang di sembarang tempat termasuk sungai dan jalan.

"Jika diibaratkan, sampah Kota Bandung tiap harinya setara dengan berat 1.000 ekor gajah, lembaran sampah plastiknya bisa menutupi 50 lapangan sepak bola dan sampah kertasnya setara dengan bubur pulp dari 500 batang pohon," jelasnya.


Oleh sebab itu, penanganan sampah bukan lagi hal yang biasa saja, melainkan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan berbagai aspek baik fisik maupun sosial. "Harus dipikirkan mata rantai yang dapat menjadi proses pembelajaran bagi masyarakat," ujar
Sobirin.

Ia menilai, penanganan masalah sampah harus dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu keluarga. Setiap rumah tangga harus mampu mengelola sampahnya sendiri. "Dengan kata lain sampah rumah tidak di buang keluar rumah. Oleh karena itulah, setiap keluarga harus memiliki manajemen sampah," ujarnya.

Sobirin menambahkan tidak berjalannya program 3R (reduce, reuse, recycle) seperti yang diharapkan adalah karena kurangnya kepedulian dari masyarakat. Setiap orang cuma memikirkan gampangnya dan hanya melihat bagaimana sampah dibuang, tetapi asal jangan di tempat saya.

"Hal inilah yang harus diubah," ujarnya.
Dengan konsep zero waste "Sampah Bandung Tuntas 1, 2, dan 3" yang ia kemukakan, Sobirin meyakini masalah sampah dapat ditangani. Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian pada konsep ini ialah memproses sampah sejak dari sumbernya.

Pada tuntas 1, rumah tinggal diharapkan mampu mengolah 70 persen sampah yang ia hasilkan menjadi kompos, 20 persen didaur ulang, dan 10 persen yang tersisa terpaksa dibuang ke TPA. "Dengan mengurangi jumlah sampah dari sumbernya, kuantitas sampah yang dibuang ke TPA pun akan berkurang," ujarnya.

Jahe Merah


(Zingiber officinalle Linn. Var. rubrum)
BAGIAN YANG DIGUNAKAN :
Rimpang.
Komposisi :
Minyak atsiri zingiberena (zingirona), zingiberol, bisabolena, kurkumen, gingerol, filandrena, dan resin pahit.
KHASIAT :
1. Asi.
2. Batuk.
3. Membangkitkan nafsu makan.
4. Mulas.
5. Perut kembung.
6. Serbat.
7. Gatal (obat luar).
8. Luka (obat luar).
9. Sakit kepala (obat luar).
10. Selesma (obat luar), dll.
RESEP TRADISIONAL :
1) Mulas :
Jahe Merah (parut) 3 rimpang diperas. Diminum 3 kali sehari 1 sendok teh. Diulang selama 3 hari.
2) Serbat :
Jahe  1 rimpang, Bunga Cengkih 2 biji, Buah Kemukus 4 biji, Buah Cabai Jawa 3 biji, Sereh 1 ruas jari tangan, Biji Pala 1/5 butir, Daun Jeruk Purut 1/2 lembar, Kulit Kayu Manis sedikit, Gula Aren secukupnya, Air 200 ml. Dibuat infus atau diseduh. Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, tiap kali minum 100 ml. Diulang selama 4 hari.
3) ASI  (Air Susu Ibu) :
Ikan dan udang baik sekali untuk melancarkan ASI. Kadang-kadang bayi rentan terhadap ASI yang berbau ikan atau udang. Untuk mencegah hal tersebut, ibu menyusui harus makan lalap Jahe atau Kemangi.
4) Sakit kepala dan Selesma (Influenza) :
Penderita influenza biasanya merasa nyeri di punggung dan di pinggang (greges-greges). Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut penderita dapat diobati dengan ramuan sebagai berikut: Jahe Merah beberapa rimpang, Air secukupnya. Dipipis hingga berbentuk pasta.
Tambahkan minyak kelonyo secukupnya dan gosokkan pada bagian badan yang terasa nyeri. Untuk sakit kepala ditempelkan pada pelipis dan belakang telinga penderita.
Selesma :
Jahe Merah 1 rimpang, Herba Poko segar 1 genggam, Buah kemukus 6 butir, Biji Jintan Hitam 2 butir, Air sedikit. Dipipis hingga berbentuk pasta. Pindahkan ramuan ke kain bersih dan ikat dengan tali, kemudian masukkan ke dalam cuka hangat dan oleskan ke seluruh badan, agar mempercepat keluarnya keringat.
5) Rematik :
Ramuan 1:
Siapkan jahe merah segar 20 gram, temulawak 20 gram, cabe jawa 20 gram, kumis kucing 30 gram, daun komfrey 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas.Semua bahan dicuci bersih, rajang atau diiris tipis, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring. Minum 2 kali pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Agar rasanya lebih segar, tambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis.
Ramuan 2:
Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun dewa segar 30 gram, irisan kering mahkota dewa 20 gram, daun meniran segar 30 gram, daun sendok 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil-kecil, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring. Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Bila suka, tambahkan madu.
6) Keropos Tulang :
Siapkan jahe merah segar 20 gram, kacang hijau 30 gram, biji cengkih 10 gram, kapulaga 10 gram, merica 15 gram, kayumanis 20 gram, dan air 4 gelas. Bahan-bahan dicuci bersih dan dilumatkan atau dimemarkan. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian disaring. Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. Agar rasanya nikmat, bisa ditambahkan 2 sendok makan madu.
7) Asma :
Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun sambiloto 30 gram, daun randu 30 gram, daun lampes 20 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan setelah dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring. Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. agar rasanya segar, bisa ditambahkan madu dan perasan jeruk nipis.
8] Stroke :
Siapkan jahe merah 20 gram, mengkudu 40 gram, pule pandak 20 gram, daun dewa 30 gram, daun ciremai 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Setelah semua dicuci, dirajang atau diiris. Rebus dengan air 4 gelas hingga air rebusan tersisa 1,5 (satu setengah) gelas, kemudian saring.
Minum tiga kali pada pagi, siang, dan sore setelah makan. Sekali minum _ (setengah) gelas.
9) Menambah Gairah Seks :
Siapkan jahe merah 15 gram, gingseng 30 gram, cabe jawa 20 gram, lada hitam 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci, direbus hingga air rebusan tersisa 2 gelas kemudian disaring. Minum 2 kali pada pagi dan sore. Sekali minum 1 gelas. Bisa tambahkan kuning telur 1 butir dan 2 sendok makan madu murni. Aduk hingga merata sebelum diminum.
Catatan:
Agar lebih aman, tetaplah berkonsultasi dengan ahli tanaman obat atau ahli penyembuhan herbal.