Pertanian
organik sedang berkembang dan memerlukan peningkatan pasok pupuk organik. Di
antaranya yang berpotensi dikembangkan di Indonesia ialah pupuk cair dari
kotoran/feses (biokultur) dan dari urine (biourine) kambing.
Mutu kedua
jenis pupuk cair tersebut dari ternak kambing cukup bagus untuk diaplikasikan
pada tanaman semusim maupun tanaman perkebunan. I Made Londra dari BPPT Bali
yang menguraikan cara pembuatan pupuk cair dari limbah kambing mengutarakan
perlakuan fermentasi yang dilakukan pada pembuatan pupuk cair mampu
meningkatkan kandungan unsur-unsur hara.
Pada
pembuatan pupuk cair dari kotoran kambing (biokultur), kandungan unsur K dan
C-organik serta N meningkat secara drastis dibanding tanpa perlakuan. Yakni 962
ppm dibanding 422 ppm untuk K, 3.414 ppm dibanding 2.811 ppm untuk C-organik,
dan 1,22% dibanding 0,27% untuk N. Sedangkan unsur P naik menjadi 84 ppm
dibanding 69 ppm.
Pada
pembuatan biourine kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi 1.770 ppm
dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm dibanding 3.390
ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding
94 ppm.
Penurunan
unsur P pada biourine disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P.
Sehingga perlu dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P
dalam proses fermentasi biourine.
Teknik
pembuatan yang cukup praktis dan sederhana diuraikan sebagai berikut. Pada
pembuatan biokultur, kotoran (feses) kambing ditampung dalam bak lalu dicampur
air dengan perbandingan 1:2. Lalu dimasukkan fermenter, yakni R. bacillus dan
Azotobakter dengan komposisi: 0,8 m3 campuran feses, 1 liter R. bacillus dan 1
liter Azotobacter.
Bahan diaduk
selama 3-4 jam, kemudian bak ditutup dan dibiarkan selama 7 hari. Pada hari
ke-8, bagian cairan di atas diambil, bagian yang mengendap diperas dan
cairannya digabung dengan cairan yang telah diambil sebelumnya. Cairan berupa
pupuk cair (biokultur) tersebut sudah siap dipakai atau disimpan. Bagian padat
hasil perasan bisa digunakan untuk pupuk atau bahan bakar.
Kotoran
Kambing untuk Pengendali Hama
Kreativitas
warga muncul pada saat terdesak. Saat kesulitan mendapatkan pupuk, warga Deli
Serdang memanfaatkan kotoran kambing untuk pupuk organik dan pengendali hama.
Setelah ujicoba, hasil pertumbuhan tanaman lebih baik karena terhindar dari
hama wereng dan tikus.
�Pada awalnya saya memanfaatkan air
kencing kambing untuk mengusir hama wereng di sawah kami. Hasilnya, hama wereng
tak lagi ada. Lalu kami bekerjasama dengan penyuluh pertanian dan kelompok tani
untuk mengolah dengan bahan yang lebih baik,� kata Kepala Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang,
Bantu Suprayitno, Minggu (27/8) di rumahnya.
Dari hasil
diskusi dengan kelompok tani dan penyuluh pertanian di daerahnya, air kencing
kambing itu lebih baik jika melalui proses fermentasi. �Dengan campuran itu, pupuk organik semakin bagus.
Selama dua kali penanaman sudah kami pakai,� kata Bantu.
Petugas
penyuluh pertanian (PPL) Keamatan Batang Kuis Janapiah (41) bekerjasama dengan
Bantu. Keduanya bersama kelompok tani setempat meramu pupuk lebih kompleks
dengan kandungan yang lebih banyak. Tidak hanya air kencing kambing, namun juga
kotoran kambing, air serbuk serabut kelapa, batu gunung, dan abu janjang kelapa
sawit.
Menurut
Janapiah, abu janjang kelapa sawit, air serbuk serabut kelapa, air kencing
kambing, dan kotoran kambing digiling dengan batu gunung. Kemudian direndam
selama tiga hari. Untuk melapukkan kotoran dan air kencing kambing, kata Janapiah,
diperlukan bakteri.
�Dengan proses fermentasi itu, tak
ada lagi bau kotoran dan air kencing kambing,� kata Janapiah. Campuran bahan-bahan itu, kata dia, mengandung unsur
nitrogen, phospat, kapur, kalium, belerang, dan magnesium oksida. Janapiah
mengatakan, semua unsur-unsur tadi terdapat dalam larutan pupuk organik yang
dibuat.
Ujicoba
pembuatan pupuk tersebut dilakukan bersama petani setempat sejak 1998. Selama
itu pula beberapa kali sampel pupuk tersebut diujicobakan secara gratis kepada
petani. �Pembuatan pupuk ini sengaja untuk
memutus ketergantungan petani dengan pupuk kimia. Pemakaian pupuk kimia hanya
akan membuat tanah menjadi jenuh,� tutur dia.
Salah satu
petani yang mencoba pupuk organik tersebut adalah Shahrani (36). Dari lima
rante (satu rante = 400 meter persegi) tanaman padi milik dia, mampu
menghasilkan 1,43 ton. Padahal, sebelumnya hasil panen padi antara 1,2 sampai
1,3 ton paling banyak. Menurut Shahrani, hasil panen itu merupakan hasil
terbaik yang pernah dia capai sepuluh tahun terakhir.
Pupuk Cair dari Kotoran Kambing
Pembangunan
pertanian di era Orde Baru memang mencengangkan! Sayangnya, pemerintah saat itu
justru gencar sekali mengampanyekan
penggunaan pupuk anorganik (kimia).
penggunaan pupuk anorganik (kimia).
Hasilnya
memang bagus, tetapi hanya dalam jangka pendek-menengah saja. Kini, setelah 30
tahun berlalu, unsur hara dalam tanah-tanah yang digelontori pupuk anorganik
secara tak terkendali pun makin menipis.
Dampaknya,
kesuburan tanah makin tergerus. Produktivitas pertanian —dihitung berdasarkan
hasil panen per luas tanah— juga makin merosot. Bahkan struktur tanah pun makin
melemah.
Upaya
menyuburkan kembali lahan pertanian, sekaligus mengurangi penggunaan pupuk
anorganik, sudah dilakukan sejumlah aktivis LSM pertanian melalui kampanye
penggunaan pupuk organik. Sayangnya, pemerintah belum terlalu berminat untuk
merombak sistem pemupukan di negeri ini.
Padahal,
pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, jauh
lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Ia juga mampu membenahi
struktur dan kesuburan tanah.
Tidak heran
jka pupuk organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab nitrogen dan
usur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan mengalami proses
mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat membantu membangun
kesuburan tanah.
Memang,
pupuk organik mengandung unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K)
yang rendah, tetapi mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk
pengayaan unsur hara dalam tanah.
Tidak Sulit Berdasarkan ujudnya, pupuk organik (organic fertilizer) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan padat (remahan). Dalam beberapa hal, pupuk organik cair (POC) lebih disukai petani karena praktis dan menghemat tempat penyimpanan.
Tidak Sulit Berdasarkan ujudnya, pupuk organik (organic fertilizer) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan padat (remahan). Dalam beberapa hal, pupuk organik cair (POC) lebih disukai petani karena praktis dan menghemat tempat penyimpanan.
Bahkan Anda
bisa membuat sendiri POC, baik untuk dipakai sendiri, dibagikan kepada petani
terdekat, atau dikomersialkan (dijual), karena cara pembuatannya tidaklah
sulit.
Pupuk
organik bisa berasal dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, ayam, itik)
dan limbah pertanian (dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi). Jadi biaya
pembuatan relatif murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup.
Pada
dasarnya, pembuatan POC juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara dalam pupuk
tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini kambing, atau biasa
disebut sebagai biourine. Bisa juga menggunakan kotoran ternak yang padat
(faeces) atau disebut sebagai biokultur.
Untuk
membuat biourine, maka urin kambing ditampung dalam bak dan dimasukkan ke dalam
fermenter (R. bacillus dan Azotobacter). Setiap 800 liter urin difermentasi
dengan 1 liter R. bacillus dan 1 liter Azotobacter, kemudian diaduk-aduk dengan
aerator selama 3-4 jam. Permukaan bak lalu ditutup dengan triplek / plastik dan
didiamkan tujuh hari.
Pada hari
kedelapan, urine diputar dengan pompa sehingga naik-turun pada tangga
’’penipisan’’ selama 6-7 jam. Pemutaran tersebut dimaksudkan untuk menguapkan
amonia, karena bersifat racun bagi tanaman. Urin yang telah difermentasi siap
dipakai, boleh juga disimpan dalam wadah.
Biokultur Untuk membuat biokultur, kotoran (faeces) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan perbandingan 1:2. Tambahkan fermenter ke dalam kotoran yang telah bercampur air tersebut.
Biokultur Untuk membuat biokultur, kotoran (faeces) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan perbandingan 1:2. Tambahkan fermenter ke dalam kotoran yang telah bercampur air tersebut.
Setiap 0,8
m3 campuran faeces dan air memerlukan 1 liter R. bacillus dan 1 liter
Azotobacter. Campuran diaduk-aduk dengan kayu pengaduk atau aerator selama 3-4
jam. Bak fermentasi kemudian ditutup dan didiamkan selama tujuh hari.
Pada hari
kedelapan, bagian cairan (ada di atas) diambil sedangkan bagian yang mengendap
diperas (dipres). Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang
diambil sebelumnya. Biokultur bisa langsung digunakan atau dikemas untuk
disimpan.
Ada lagi
cara pembuatan POC dari faeces kambing. Dalam hal ini, kita menggunakan bantuan
ragi tape. Bahan yang perlu disiapkan adalah: a) kotoran kambing atau domba, b)
air bersih (tidak tercemar bahan kimia / limbah beracun dan berbahaya), dan c)
ragi tape.
Alat yang
diperlukan hanyalah tong/drum dengan ukuran volume 100-120 liter. Cara
membuatnya relatif mudah. Pertama, masukkan kotoran kambing ke dalam drum
hingga memenuhi 2/3 bagian di dalam drum tersebut. Kedua, taburkan 3-5 butir
ragi tape.
Lebih baik
lagi jika ditambahkan bioaktivator yang banyak dijual di pasaran seperti
Effective Microorganism (EM), khususnya edisi terakhir (EM4). Penambahan ini
dapat mengatasi kekurangan unsur phosphor (P) dan kalium (K) pada POC.
Ketiga,
tambahkan air bersih untuk mengisi 1/3 bagian drum yang masih kosong. Agar
proses fermentasi berjalan dengan baik, drum harus ditutup rapat.
Setiap hari, Anda hanya berkesempatan sekali membuka drum. Saat itulah isi drum harus diaduk terus-menerus selama 5-10 menit. Pada hari ketujuh, Anda sudah bisa memanen POC. Mudah bukan?
Setiap hari, Anda hanya berkesempatan sekali membuka drum. Saat itulah isi drum harus diaduk terus-menerus selama 5-10 menit. Pada hari ketujuh, Anda sudah bisa memanen POC. Mudah bukan?
Saringlah
POC ini sehingga yang dimasukkan ke botol atau derigen hanyalah cairan yang
sudah tersaring. Ampas hasil penyaringan masih bisa dimanfaatkan sebagai kompos
setengah padat.
POC ini
bagus diaplikasikan untuk tanaman hortikultura. Ambil 15 cc POC, kemudian
dicampur dengan 1 liter air. Kocorkan ke tanaman dengan dosis 1 gelas per
tanaman. Pemupukan dengan POC bisa dilakukan seminggu sekali.
Gula Pasir Percobaan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan bantuan gula pasir. Untuk membuat 100 liter POC, bahan yang diperlukan adalah 30 kg kotoran kambing, 500 gram gula pasir, 500 gram terasi, 1 kg pupuk NPK untuk pengayaan nutrisi, 500 ml EM4, hijauan daun secukupnya, dan 100 liter air bersih.
Gula Pasir Percobaan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan bantuan gula pasir. Untuk membuat 100 liter POC, bahan yang diperlukan adalah 30 kg kotoran kambing, 500 gram gula pasir, 500 gram terasi, 1 kg pupuk NPK untuk pengayaan nutrisi, 500 ml EM4, hijauan daun secukupnya, dan 100 liter air bersih.
Mula-mula,
kotoran kambing dihancurkan agar terlihat seperti remahan. Larutkan gula pasir,
terasi, EM4, dan NPK dalam air. Setelah itu, masukkan larutan tersebut dan
kotoran kambing ke dalam drum plastik. Tambahkan air bersih hingga volumenya
mencapai 100 liter.
Sekarang
drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk hanya selama 15 menit. Pupuk
cair pun sudah bisa digunakan pada hari kelima sampai ketujuh.
Cara penggunaannya, 1 liter POC dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan ke tanah di sekitar tanaman atau boleh saja disemprotkan pada daun sebanyak 0,25-1 liter; tergantung jenis tumbuhan. (Dudung Abdul Muslim-32)
Cara penggunaannya, 1 liter POC dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan ke tanah di sekitar tanaman atau boleh saja disemprotkan pada daun sebanyak 0,25-1 liter; tergantung jenis tumbuhan. (Dudung Abdul Muslim-32)
Pupuk Cair dari Kotoran Kambing
Pembangunan
pertanian di era Orde Baru memang mencengangkan! Sayangnya, pemerintah saat itu
justru gencar sekali mengampanyekan
penggunaan pupuk anorganik (kimia).
penggunaan pupuk anorganik (kimia).
Hasilnya
memang bagus, tetapi hanya dalam jangka pendek-menengah saja. Kini, setelah 30
tahun berlalu, unsur hara dalam tanah-tanah yang digelontori pupuk anorganik
secara tak terkendali pun makin menipis.
Dampaknya,
kesuburan tanah makin tergerus. Produktivitas pertanian —dihitung berdasarkan
hasil panen per luas tanah— juga makin merosot. Bahkan struktur tanah pun makin
melemah.
Upaya
menyuburkan kembali lahan pertanian, sekaligus mengurangi penggunaan pupuk
anorganik, sudah dilakukan sejumlah aktivis LSM pertanian melalui kampanye
penggunaan pupuk organik. Sayangnya, pemerintah belum terlalu berminat untuk
merombak sistem pemupukan di negeri ini.
Padahal,
pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, jauh
lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Ia juga mampu membenahi
struktur dan kesuburan tanah.
Tidak heran
jka pupuk organik mampu mencegah terjadinya erosi tanah. Sebab nitrogen dan
usur hara yang dilepaskan oleh bahan organik pelan-pelan akan mengalami proses
mineralisasi. Jika diberikan secara berkesinambungan, dapat membantu membangun
kesuburan tanah.
Memang,
pupuk organik mengandung unsur hara nitrogen (N), phosphor (P), dan kalium (K)
yang rendah, tetapi mengandung hara mikro yang berlimpah serta diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bioaktivator untuk
pengayaan unsur hara dalam tanah.
Tidak Sulit Berdasarkan ujudnya, pupuk organik (organic fertilizer) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan padat (remahan). Dalam beberapa hal, pupuk organik cair (POC) lebih disukai petani karena praktis dan menghemat tempat penyimpanan.
Tidak Sulit Berdasarkan ujudnya, pupuk organik (organic fertilizer) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cair dan padat (remahan). Dalam beberapa hal, pupuk organik cair (POC) lebih disukai petani karena praktis dan menghemat tempat penyimpanan.
Bahkan Anda
bisa membuat sendiri POC, baik untuk dipakai sendiri, dibagikan kepada petani
terdekat, atau dikomersialkan (dijual), karena cara pembuatannya tidaklah
sulit.
Pupuk
organik bisa berasal dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, ayam, itik)
dan limbah pertanian (dedaunan, jerami, batang jagung, sekam padi). Jadi biaya
pembuatan relatif murah, bahkan tersedia di pedesaan dalam jumlah cukup.
Pada
dasarnya, pembuatan POC juga dimaksudkan untuk pengayaan unsur hara dalam pupuk
tersebut. Kita bisa menggunakan urin ternak, dalam hal ini kambing, atau biasa
disebut sebagai biourine. Bisa juga menggunakan kotoran ternak yang padat
(faeces) atau disebut sebagai biokultur.
Untuk
membuat biourine, maka urin kambing ditampung dalam bak dan dimasukkan ke dalam
fermenter (R. bacillus dan Azotobacter). Setiap 800 liter urin difermentasi
dengan 1 liter R. bacillus dan 1 liter Azotobacter, kemudian diaduk-aduk dengan
aerator selama 3-4 jam. Permukaan bak lalu ditutup dengan triplek / plastik dan
didiamkan tujuh hari.
Pada hari
kedelapan, urine diputar dengan pompa sehingga naik-turun pada tangga
’’penipisan’’ selama 6-7 jam. Pemutaran tersebut dimaksudkan untuk menguapkan
amonia, karena bersifat racun bagi tanaman. Urin yang telah difermentasi siap
dipakai, boleh juga disimpan dalam wadah.
Biokultur Untuk membuat biokultur, kotoran (faeces) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan perbandingan 1:2. Tambahkan fermenter ke dalam kotoran yang telah bercampur air tersebut.
Biokultur Untuk membuat biokultur, kotoran (faeces) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan perbandingan 1:2. Tambahkan fermenter ke dalam kotoran yang telah bercampur air tersebut.
Setiap 0,8
m3 campuran faeces dan air memerlukan 1 liter R. bacillus dan 1 liter
Azotobacter. Campuran diaduk-aduk dengan kayu pengaduk atau aerator selama 3-4
jam. Bak fermentasi kemudian ditutup dan didiamkan selama tujuh hari.
Pada hari
kedelapan, bagian cairan (ada di atas) diambil sedangkan bagian yang mengendap
diperas (dipres). Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang
diambil sebelumnya. Biokultur bisa langsung digunakan atau dikemas untuk
disimpan.
Ada lagi
cara pembuatan POC dari faeces kambing. Dalam hal ini, kita menggunakan bantuan
ragi tape. Bahan yang perlu disiapkan adalah: a) kotoran kambing atau domba, b)
air bersih (tidak tercemar bahan kimia / limbah beracun dan berbahaya), dan c)
ragi tape.
Alat yang
diperlukan hanyalah tong/drum dengan ukuran volume 100-120 liter. Cara
membuatnya relatif mudah. Pertama, masukkan kotoran kambing ke dalam drum
hingga memenuhi 2/3 bagian di dalam drum tersebut. Kedua, taburkan 3-5 butir
ragi tape.
Lebih baik
lagi jika ditambahkan bioaktivator yang banyak dijual di pasaran seperti
Effective Microorganism (EM), khususnya edisi terakhir (EM4). Penambahan ini
dapat mengatasi kekurangan unsur phosphor (P) dan kalium (K) pada POC.
Ketiga,
tambahkan air bersih untuk mengisi 1/3 bagian drum yang masih kosong. Agar proses
fermentasi berjalan dengan baik, drum harus ditutup rapat.
Setiap hari, Anda hanya berkesempatan sekali membuka drum. Saat itulah isi drum harus diaduk terus-menerus selama 5-10 menit. Pada hari ketujuh, Anda sudah bisa memanen POC. Mudah bukan?
Setiap hari, Anda hanya berkesempatan sekali membuka drum. Saat itulah isi drum harus diaduk terus-menerus selama 5-10 menit. Pada hari ketujuh, Anda sudah bisa memanen POC. Mudah bukan?
Saringlah
POC ini sehingga yang dimasukkan ke botol atau derigen hanyalah cairan yang
sudah tersaring. Ampas hasil penyaringan masih bisa dimanfaatkan sebagai kompos
setengah padat.
POC ini
bagus diaplikasikan untuk tanaman hortikultura. Ambil 15 cc POC, kemudian
dicampur dengan 1 liter air. Kocorkan ke tanaman dengan dosis 1 gelas per
tanaman. Pemupukan dengan POC bisa dilakukan seminggu sekali.
Gula Pasir Percobaan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan bantuan gula pasir. Untuk membuat 100 liter POC, bahan yang diperlukan adalah 30 kg kotoran kambing, 500 gram gula pasir, 500 gram terasi, 1 kg pupuk NPK untuk pengayaan nutrisi, 500 ml EM4, hijauan daun secukupnya, dan 100 liter air bersih.
Gula Pasir Percobaan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan bantuan gula pasir. Untuk membuat 100 liter POC, bahan yang diperlukan adalah 30 kg kotoran kambing, 500 gram gula pasir, 500 gram terasi, 1 kg pupuk NPK untuk pengayaan nutrisi, 500 ml EM4, hijauan daun secukupnya, dan 100 liter air bersih.
Mula-mula,
kotoran kambing dihancurkan agar terlihat seperti remahan. Larutkan gula pasir,
terasi, EM4, dan NPK dalam air. Setelah itu, masukkan larutan tersebut dan
kotoran kambing ke dalam drum plastik. Tambahkan air bersih hingga volumenya
mencapai 100 liter.
Sekarang
drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk hanya selama 15 menit. Pupuk
cair pun sudah bisa digunakan pada hari kelima sampai ketujuh.
Cara penggunaannya, 1 liter POC dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan ke tanah di sekitar tanaman atau boleh saja disemprotkan pada daun sebanyak 0,25-1 liter; tergantung jenis tumbuhan. (Dudung Abdul Muslim-32)
Cara penggunaannya, 1 liter POC dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan ke tanah di sekitar tanaman atau boleh saja disemprotkan pada daun sebanyak 0,25-1 liter; tergantung jenis tumbuhan. (Dudung Abdul Muslim-32)
KOMPOS
KOTORAN KAMBING, COCOK UNTUK SEGALA TANAMAN
Pendahuluan
Limbah
merupakan bahan yang timbul setelah proses produksi selesai, yang umumnya
dibuang. Limbah kandang dan tanaman dapat berbentuk padar, cair maupun gas.
Demikian halnya limbah yang dihasilkan dari ternak kambing/domba berupa air
kencing yang menyengat akan dapat menimbulkan polusi bau, kotoran mencemari
lingkungan sekitarnya dan masih banyak masalah social yang ditimbulkan.
Sebetulnya
bila dimanfaatkan secara baik kotoran tersebut bukan merupakan polusi justru
merupakan suatu penghasilan yang bisa menghasilkan kompos (pupuk organic) yang
berkualitas bila diolah dengan teknologi pengolahan menggunakan decomposer
(Biostarter) bahkan menghasilkan uang yang tidak sedikit nilainya.
Pengolahan
Limbah Inthil
Petani kita
umumnya menggunakan pupuk kandang secara langsung, hal ini tanpa disadari pupuk
tersebut masih banyak kelemahannya. Kelemahan tersebut antara lain terdapat
bibit gulma, hama dan penyakit serta diperlukan dalam jumlah yang cukup besar.
Agar dihasilkan pupuk organic yang berkualitas baik dan hemat dalam pemakainya,
pupuk kandang (inthil) perlu diolah atau dilakukan dekomposisi dalam kondisi
tertentu yang dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan mikroba
tertentu.
Karakteristik
inthil berbentuk butiran-butiran kecil, tingkat kadar air yang rendah merupakan
factor yang penting dalam hal mudah dalam pengolahan dan kualitas kompos lebih
baik dibanding dengan ternak yang lain, seperti sapi maupun kerbau.
Prinsip
Pembuatan Kompos
Prinsip
pengomposan atau composting adalah proses merubah limbah organic menjadi pupuk
organic secara biologis dibawah kondisi yang terkontrol. Tujuan pengomposan
limbah ternak melalui kondisi yang terkontrol adalah untuk membuat keseimbangan
porses pembusukan bahan organic dalam limbah, mengurangi bau ,membunuh
biji-biji gulma dan organisme pathogen sehingga menjadi pupuk yang sesuai
dengan lahan pertanian. Apabila kondisi tidak atau kurang terkontrol akan
terjadi pembusukan sehingga timbul bau yang menyengat, timbul cacing dan
insekta.
Membuat
Kompos Dengan Biostater
Biostater
yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos sudah banyak beredar dimasyarakat
dengan bermacam-macam merk dagang dengan dosis dan bahan yang bermacam-macam
namun sama dalam hal tujuan yaitu untuk mempercepat proses dekomposisi.
Kompos yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, dosis penggunaan pada tanaman lebih
hemat dibanding pupuk kandang tanpa diolah dahulu.
Kompos
inthil yang dihasilkan memberikan nilai tambah pengusahaan ternak karena
memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pengomposan.
Bahan :
Bahan yang
diperlukan dalam pembuatan limbah inthil kambing / domba, antara lain :
1. Inthil
kambing /
domba : 1.000
kg
2. Bio
starter
stardec
: 2,5 kg
3. Serbuk
gergaji
: 100 kg
4. Abu sisa
pembakaran
: 50 kg
5. Kapur
tohor /
gamping
: 50 kg
6. Pupuk
urea
: 2,5 kg
7. Pupuk
SP-36
: 2,5 kg
8. Air
secukupnya
*)
Bahan-bahan tersebut boleh dikurangi sesuai ketersediaan didaerah tersebut.
Minimal dapat digunakan bahan berupa kotoran dan stardec, namun semakin lengkap
bahan yang digunakan semakin baik kualitas kompos yang dihasilkan.
Cara
Pembuatan Kompos :
1.
Tiap bahan dibagi menjadi 6 – 8 bagian
2.
Kotoran inthil ditumpuk dengan ketinggian 25 – 30 cm.
3.
Ditaburkan biostarter, serbuk gergaji, abu dan kapur masing-masing 1 bagian
sambil disiram air untuk kelembaban.
4.
Ulangi tumpukan kedua seperti no. 3 begitu seterusnya sehingga semua bahan
habis.
5.
Tumpukan dibuat denganetinggian minimal 1,5 m.
6.
Tumpukan dibawah naungan untuk menghindari adanya sinar matahari langsung dan
air hujan
7.
Untuk menjaga suhu dan suplai oksigen, tumpukan dibalik sekali tiap minggu
8.
Untuk menjaga kelembaban 60 %, saat membalik tumpukan dilakukan penyiraman
dengan air menggunakan gembor
9.
Pada minggu ke 5 pupuk siap digunakan.
Pengemasan
Setelah
kompos jadi maka selanjutnya bisa dipakai untuk memupuk tanaman, namun apabila
dijual dikemas terlebih dahulu agar kelihatan praktis dan lebih rapi. Tiap
kemasan berbeda-beda sesuai dengan permintaan pasar, biasanya bobot kompos tiap
kemasan antara lain : 3 kg (plastic), 5 kg (plastic), 10 kg (karung) dan 25 kg
(karung). (Bid. Peternakan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar