Niat…. Apakah niat itu, mengapa
berniat, bagaimana kita berniat, mengapa kita berniat, bagaimana niat bisa muncul
dan apakah sebenarnya niat itu.
Setiap perbuatan tergantung dari
niat. Semua perbuatan bermula dari sebuah niat. Segala perbuatan sejalan dengan
niat. Niat akan hadir pada diri seseorang berawal dari sebuah penilaian akan
suatu hal. Penilaian akan muncul karena pengalaman atau ilmu yang didapat
sebelumnya. Ilmu atau pengalaman seseorang akan membangkitkan sebuah imajinasi.
Maka pada dasarnya niat seseorang berawal dari imajinasinya. Tanpa imajinasi
manusia tak akan punya niat, dan jika tak punya niat maka manusia tak akan
melakukan apa-apa, karena tak punya target. Target atau sasaran seseorang
tergantung dari imajinasi yang dibangunnya. Dan jika ada seseorang melakukan
sesuatu perbuatan tanpa sebuah niat, maka pada dasarnya dia tidak akan
mendapatkan apa-apa.
Niat seseorang dalam melakukan
sesuatu dapat dibaca dari imajinasi yang terbangun dalam pikiran seseorang.
Niat seseorang bisa berubah setiap saat tergantung dari imajinasi yang
terbangun dalam dirinya. Untuk membangun niat seseorang, agar melakukan
sesuatu, bisa diawali dengan membangkitkan imajinasinya. Niat akan membentuk
sebuah tingkah laku dan perbuatan. Jika niatnya berubah, maka tingkah lakunya
pun berubah, dan bisa dipastikan imajinasi yang terbangun dalam dirinya pun
berubah. Iklan, promosi, motivasi, provokasi, tujuan utamanya adalah
menciptakan imajinasi pada diri manusia, karena setelah imajinasi terbentuk
akan muncul sebuah niat, besar kecilnya niat tergantung pada jelas dan tidaknya
imajinasi yang dibangun dalam diri manusia, semakin jelas imajinasinya sudah
pasti semakin besar niatnya. Jika seseorang sudah mempunyai niat yang besar,
maka akan terjadi perubahan yang luar biasa pada tingkah laju dan perbuatan
seseorang.
Satu peristiwa yang sama akan
mewujudkan imajinasi yang berbeda bagi satu orang dengan orang yang lainnya.
Daya tanggap seseorang pada sebuah informasi yang mampu membangkitkan sebuah
imajinasi, tergantung dari ilmu dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Dalam
otak manusia ada super memori yang sangat luar biasa, memori ini mampu merekam
milyaran informasi dalam waktu sama, baik disadari maupun tidak disadari oleh
manusia itu sendiri. Memori yang disadari akan masuk dalam pikiran sadar,
sifatnya jangka pendek, akan cepat lupa seiring dengan perjalanan waktu. Ketika
manusia merasa lupa akan sebuah informasi, pada dasarnya informasi itu tidak hilang,
tapi masuk dalam pikiran bawah sadarnya. Semua informasi yang masuk pada diri
manusia yang tidak disadari, akan masuk dalam pikiran bawah sadar manusia. Dan
apapun yang terjadi disekitar kita akan menjadi memori yang akan tersimpan
dalam pikiran kita, baik kita sadari atau tidak kita sadari. Jika suatu saat
mendapatkan informasi yang memiliki karakter yang sama dengan yang pernah
diterima sebelumnya, maka informasi itu akan berfungsi sebagai pemicu munculnya
informasi yang telah tersimpan dalam pikiran bawah sadar, dan saat itu akan
muncul sebuah imajinasi atau gambaran sesuai dengan perpaduan antara informasi-informasi
yang pernah diterima. Akumulasi dari informasi-informasi yang diterima manusia
itulah yang kemudian disebut dengan pribadi seseorang.
Tak satupun manusia sejak dia lahir
kedunia ini menerima informasi yang sama persis dengan orang lain. Karena sejak
proses pembuahannya pun tak satupun manusia dalam keadaan yang sama persis,
sehingga informasi pertama yang ditanggap oleh calon manusia, yang saat itu
masih berupa air tidak akan sama (dalam
sebuah penilitihan di Jepan diketahui
bahwa satu-satunya zat yang paling peka terhadap informasi atau sugesti adalah
air) baik yang berasal dari pikiran, perasaan, keadaan dan waktu. Sehingga
ketika manusia lahir ke bumi, dia sudah memiliki daya tangkap yang berbeda
dengan yang lain, karena informasi pertama yang
di terima telah berbeda. Maka seiring dengan perjalanan waktu, imajinasi
yang terbentuk dalam diri manusia, ketika menerima sebuah informasi pasti akan
berbeda. Karena pada dasarnya daya tanggap seseorang pada suatu informasi
hanyalah sebuah proses pencocokan dengan yang ada dalam pikiran bawah sadar
manusia. Jika informasi yang diterima tidak sesuai dengan yang telah ada dalam
dirinya, maka informasi itu menjadi informasi yang negatif. Setiap sesuatu yang
tidak sama energinya, dalam hukum energi metasifika akan tertolak. Energi yang
sama akan tarik-menarik, energi yang berbeda akan tolak-menolak.
Niat atau hasrat seseorang bisa
mempengaruhi niat atau hasrat orang lain. Hal ini disebabkan karena sebelum
seseorang berniat tentunya telah memiliki imajinasi, sedangkan imajinasi
terbentuk dari sebuah pengalaman, pengalaman yang mampu mewujudkan sebuah
imajinasi yang jelas dan kuat adalah pengalaman yang mampu mengetarkan sel-sel
memori yang ada dalam diri seseorang. Semakin besar vibrasi (getaran) itu
semakin jelas dan kuat imajinasi yang terbentuk. Getaran atau vibrasi yang kuat
mampu diterima oleh pikiran bawah sadar orang lain yang memiliki getaran yang sama tanpa dia sadari. Itu
sebabnya mengapa kita lebih mudah mempengaruhi orang yang memiliki pandangan
yang hampir sama dengan diri kita. Karena vibrasi yang sama hukumnya tarik
menarik.
Memerintah/melarang adalah hal yang kurang
efektif untuk merubah perilaku orang lain. Karena pada dasarnya manusia tidak
mau diperintah (dilarang sama saja dengan diperintah untuk tidak….), dikritik,
dihina, dibenci, diabaikan. Apalagi yang yang diperintahkan saat itu sedang
tidak ada imajinasi sedikitpun dalam dirinya. Karena sesuatu yang mempunyai
energi yang negatif akan mengaburkan imajinasi, dan ketika imajinasi kabur
bersamaan dengan saat itu niatpun ikut melemah, jika niat sudah hilang maka
perbuatan yang diharapkan akan terwujud pun hilang, karena tingkah laku dan
perbuatan berawal dari niat. Jika niat hilang maka perbuatan tak akan terwujud.
Hal yang paling efektif untuk merubah perilaku orang lain adalah
dengan cara menbangkitkan imajinasi dalam diri seseorang sesuai dengan yang
diharapkan.
Putus asa adalah salah satu bentuk
hilangnya imajinasi positif dalam diri seseorang. Orang yang sedang putus asa,
kelihatan tidak melakukan apa-apa, karena saat itu dia sedang sibuk luar biasa
dengan imajinasinya, dan imajinasi itu akan mewujudkan sebuah niat, imajinasi
negatif akan menimbulkan niat negatif, niat negatif akan menimbulkan perilaku
negatif.
Apakah niat harus di lafalkan ?.
Niat yang dilafalkan biasa dikenal dengan sebutan Do’a, Sugesti, Mantra, Afirmasi. Niat yang
dibaca berulang-ulang dengan pemahaman yang sungguh-sungguh bisa menimbulkan
vibrasi dalam pikiran, vibrasi akan membangkitkan imajinasi, jika niat yang
dilafalkan sesuai dengan imajinasi yang ada dalam dirinya, maka niat itu ada
fungsinya. Tapi jika niat yang dibaca tidak sesuai dengan imajinasinya, maka
yang akan terwujud bukanlah niat yang dilafalkan, tapi sesuatu yang diimajinasikan.
Karena pada umumnya sebelum orang melafalkan sebuah niat, mereka sudah punya
imajinasi tentang apa yang ingin dilakukan. Karena niat yang sesungguhnya ada
pada diri seseorang, bukan atas perintah orang lain, dan niat muncul dengan
sendiri seiring pengalaman dan ilmu yang dia peroleh sebelumnya, jadi niat
dilafalkan dan tidak dilafalkan tidaklah penting. Yang terpenting untuk
mencapai suatu target adalah imajinasi yang ada dalam diri setiap manusia……. .
Walaupun dalam lafal, berniat untuk melakukan hal positif, tapi imajinasi yang
muncul dalam alam pikirannya sesuatu yang negatif, jangan harap lafal niatnya
mampu mewujudkan apa yang dimaksud, karena yang akan terjadi justru apa yang
sedang diimajisikan itu.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ
السَّنةِ ِللهِ تَعَالَي
Nawaitu
souma godhin ‘an adaa i, fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi
ta’aalaa
Artinya
: “Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu puasa pada bulan
Ramadhan bagi tahun ini kerana Allah Taala “
Sekarang mari kita perhatikan niat puasa yang sebentar lagi,
akan kita tunaikan bersama.
Mengapa ada sebuah hadist yang menyatakan suatu saat banyak
orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tidak mendapatkan tujuan
dari puasa yaitu memciptakan orang yang muttaqin.
Dalam niat puasa di atas jelas tidak ada perintah untuk
menahan lapar dan dahaga dalam menjalankan puasa. Namun kenyataan yang terjadi,
ketika manusia berpuasa dia merasakan lapar dan dahaga, maka imajinasi yang
terbentuk dalam alam pikiran manusia pasti yang namanya puasa adalah lapar dan
dahaga. Imajinasi itu akan terus semakin jelas ketika manusia merasakan
sendiri, bahwa kalau tidak makan lapar, kalau tidak minum dahaga.
Imajinasi ini sudah terbangun sejak kecil ketika kita mulai
berlatih puasa, betapa kita merasakan perut melilit, dan tenggorakan kering di
saat-saat menjelang berbuka. Imajinasi itu akan melekat kuat dalam diri setiap manusia.
Seiring dengan perjalanan waktu imajinasi tentang puasa mulai tertanam kuat dalam alam pikiran kita, baik sadar atau tidak
sadar, bahwa yang namanya puasa adalah menahan lapar dan dahaga. Dan suatu saat jika mendengar kata-kata puasa, maka imajinasi
yang terbentuk dalam pikiran kita adalah lapar dan dahaga, maka niat yang tercipta dalam pikiran bawah sadar
kita, ketika mendengar kata-kata puasa adalah “AKU BERNIAT PUASA ESOK HARI UNTUK
MENAHAN LAPAR DAN DAHAGA”. Ini adalah niat yang tidak terlafalkan, dan niat
inilah yang justru akan memberikan nilai dan hasil dari apa yang dilakukan
manusia. Jadi tepat sekali jika ada hadist yang
mengatakan, banyak orang berpuasa hanya
mendapatkan lapar dan dahaga. Karena imajinasi yang terbentuk ketika mendengar
kata puasa adalah LAPAR dan DAHAGA. Dan niat yang munculpun
untuk menahan lapar dan dahaga. Maka yang didapatpun hanya lapar dan dahaga.
Karena hasil perbuatan manusia tergantung niatnya.
Imajinasi lain yang sering terbentuk dalam alam pikiran
kita, ketika mendengar kata-kata bulan ramadlan
adalah lebaran atau hari raya. Dan ketika mendengar kata-kata hari raya maka
imajinasi yang muncul dalam alam pikiran kita adalah, sebuah perayaan yang besar,
penuh dengan makanan yang enak-enak, pakaian yang baru, bersilaturahmi kepada
keluarga jauh dan dekat, dan segala imajiasi lain yang terbentuk berkenaan
dengan lebaran Idul Fitri. Imajinasi ini telah dibangun oleh lingkungan dan
orang tua kita sejak kita masih bayi. Di saat alam pikiran kita masih netral,
kita telah dibangunkan sebuah imajinasi yang sangat indah oleh orang tua dan
lingkungan kita. Saat kita belum perlu makanan enak, pakaian baru, dan
pesta-pesta lainya. Dalam alam pikiran kita telah dilukiskan sebuah gambaran
dan imajinasi yang indah tentang lebaran.
Apa yang terjadi setelah bangunan
imajinasi lebaran itu, ketika kita sudah mulai mampu membaca lingkungan saat
kita masih anak-anak, maka kita akan menuntut pemenuan akan imajinasi yang ada dalam
alam pikiran kita, kenapa ?. karena dari imajinasi ini akan muncul sebuah niat
untuk mewujudkan imajinasi itu agar menjadi nyata. Maka saat imajinasi itu
semakin jelas, sudah pasti seorang anak akan melakukan apa saja untuk
mewujudkan imajinasinya. Ketika
imajinasi itu terus terbangun sampai masa dewasa, maka manusia dewasa pun akan
melakukan apa saja demi untuk mewujudkan imajinasi yang ada dalam alam
pikirannya.
Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan tujuan puasa yang
sesungguhnya sesuai dengan maksud di syariatkannya berpuasa, yaitu agar menjadi
orang yang bertaqwa ?. Bagaimana kita mampu mengubah imajinasi yang telah
terbangun sejak kita bayi bahkan mungkin sejak kita masih dalam alam kandungan
?........
Untuk merubah imajinasi yang sudah terbentuk dalam alam
pikiran kita antara lain, kita harus mampu memahami maksud dan tujuan dari di syariatkan
berpuasa.
“Hai orang2 yang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang2 sebelum kamu. Mudah2an kamu bertakwa” (Al -Baqarah:183)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar